Asap dan Aku

Aku memandangi kipas yang berputar perlahan
Membaurkan panas udara malam
Diantara asap yang kuhembus
Terselip namamu…

Semakin ku hapus bayangmu
Semakin lekat ku ingat
Kenapa kau tak jua pergi?

Aku berbaring nyalang
Tak ingin berpikir
Tak ingin mengenang

Hanya memandangi bara yang membakar tembakau hingga ke ujungnya
Mengamati asap, perlahan naik…hingga hilang ditelan angin
Akankah kau begitu?

Di kejauhan, ada riuh terdengar
Malam rupanya masih muda…
Tapi kamarku gelap sudah
Sepi, tanpa suara
Hanya ada asap..dan aku…

Ah..bara itu mati…
Satu lagi batang kunyalakan
Ku hisap perlahan
Lalu kuhembuskan bersama desah sepiku

merentang mimpi

Aku kembali merentang mimpi

Mencoba mengulum bayangmu

Rasanya indah,

kau ada disini..mendekapku,

 

aku tak ingin terbangun

tidak ingin terpuruk saat mata membuka

mendapati ketidakhadiranmu

 

biar sajalah aku ada di sudut itu

berkawan mimpi

berteman asa

 

meski harus membunuh nyata

agar hati tak berdarah

 

ataukah..

darah itu harus mengalir

dari luka yang kembali menganga?

 

Katakan padaku wahai cinta

Kenapa waktu tak jua menyembuhkan luka?

 

 

Kebon Sirih, Maret 2008

 

hanya seorang perempuan

Bukan sayang…

Perasaanku bukan seperti itu!

Bahkan lebih dalam dari yang kamu kira

Mungkin kamu tidak sadar,

Tapi kamu mengambil hatiku

dan aku tidak kuasa melawan

membiarkan perasaanku tertawan

 

ah..betapa ingin aku membencimu,

mengutukmu atas semua perbuatanmu

membiarkanku merindu

tanpa pernah benar-benar peduli

 

tapi..rasa itu tetap disini

bercokol dan tumbuh semakin besar

tak peduli logika yang terus memberontak,

memintamu lepas…

aku tetap mencinta

meski tahu, hati ini akan berdarah,

perasaan ini akan terluka,

dan sekali lagi aku akan jatuh terjungkal

 

saat ini, ditengah kebencianku..

aku tetap berharap hadirmu,

memelukku sambil sekali lagi mengucap satu kata cinta..

Karena aku hanya seorang perempuan

 

Jakarta, Februari 2008

 

 

 

 

obsesi

sendiri kembali menyergap
menarikku dalam gelap, yang kelam dan pekat
aku tak mengeluh…hanya diam dan meringkuk
berusaha mengenyahkan rasa sakit itu dan kembali tertidur

aku tidak lagi bertanya dimana cahaya
tidak berusaha mencari..
hanya berjalan, menyusuri gelap berkawan pekat
hingga menyentuh ujung tanpa harus terpuruk

yang aku cari…
uluran tanganmu
tawamu
dirimu
yang akan membawaku pergi
lepas dari pekat ini

tapi..
jangan kau toreh lagi luka
jangan kau lepaskan lagi tanganmu
jangan kau hempas lagi cintaku

biarkan aku disisimu
menemanimu,
tanpa harus terluka
tanpa harus berurai tangis

biarkan aku berjalan denganmu
dengan senyuman
dengan cinta
dengan harapan

tapi…akankah asa ini sampai padamu?